
Table of Contents
Pertandingan Comeback Terbaik di Liga Champions
Tim Peluit Panjang akan merangkum pertandingan comeback terbaik di Liga Champions dalam 30 tahun terakhir atau sejak UCL format terbaru.
Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir sudah banyak ratusan bahkan ribuan pertandingan tersaji di pentas Liga Champions.
Tidak jarang pertandingan-pertandingan tersebut menghasilkan sebuah ‘drama’ yang sangat memorable atau berkesan untuk penikmat sepakbola.
Beberapa pertandingan juga kadang mendapatkan sebuah status sebagai The Greatest Comeback Match atau pertandingan comeback terhebat.
Lalu, apa saja pertandingannya dan bagaimana kronologis jalannya pertandingan hingga bisa menyandang status The Greatest Comeback Match?
Miracle Of Istanbul 2004/2005
Pada laga final di Istanbul, Turki. Terjadi sebuah pertandingan terbaik yang pernah ada di Liga Champions.
Bagaimana tidak, pertandingan yang mempertemukan antara Liverpool vs AC Milan di laga final ini menghasilkan 6 gol.
Total 6 gol yang terjadi pada waktu normal 90 menit menunjukkan intensitas tinggi di antara kedua klub tersebut.
Laga berjalan sejak menit awal, Paolo Maldini membuka keran gol I Rossoneri pada menit ke-5 memanfaatkan operan tendangan bebas Andrea Pirlo.
AC Milan semakin menjadi-jadi di babak pertama berkat keunggulan gol dari Maldini.
Brace manis Hernan Jorge Crespo menambah keunggulan I Rossoneri menjadi 3-0 di paruh pertama.
Liverpool yang dalam kondisi tertekan harus memutar otak lebih dalam.
⏪ 2005: THAT Liverpool comeback against AC Milan in in Istanbul… @LFC | #UCLdraw pic.twitter.com/yHm3QtTGTH
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) August 26, 2021
Anak asuh Rafael Benitez mencoba memberikan respon positif di awal babak kedua.
Hasilnya pada menit ke-54 dan 60, berturut-turut Steven Gerrard dan Vladimir Smicer memperkecil ketertinggalan mereka.
Semakin bersemangat menyerang, The Reds akhirnya mendapatkan penalti setelah Steven Gerrard jatuh di dalam kotak penalti akibat pelanggaran dari Gennaro Gattuso.
Xabi Alonso yang mengeksekusi tugasnya tersebut akhirnya sukses menyamakan kedudukan setelah tembakan second-ball-nya masuk ke gawang Milan.
Akhirnya, Liverpool keluar sebagai juara setelah dalam babak tos-tosan, kiper Liverpool, Jerzy Dudek tampil sebagai pahlawan.
Dalam penalti terakhir AC Milan melalui Andriy Shevchenko berhasil diselamatkan oleh kiper berkebangsaan Polandia itu.
Barcelona Taklukan Paris Saint-Germain Pada Musim 2016-2017
Musim 2016/2017 mungkin akan menjadi salah satu musim yang tidak terlupakan bagi Lionel Messi dan kawan-kawan selama berseragam Barcelona.
Salah satu pertandingan yang sangat membekas adalah saat babak 16 besar Liga Champions musim tersebut melawan PSG di Camp Nou.
Setelah pada pertemuan pertama harus menelan kekalahan 4-0, Barcelona dalam kondisi terjepit di leg kedua yang berlangsung di markas mereka.
Mereka harus menang lebih dari selisih 4 gol atau keluar dari perburuan gelar juara.
El Barca sempat bersemangat setelah bisa mencetak 3 gol hingga menit ke-50 sebelum Edinson Cavani membuat PSG memperkecil kedudukan menjadi 1-3 pada menit ke-62.
Tau harus mencetak tiga gol, anak asuh Luis Enrique terus menekan pada sisa pertandingan.
Hasilnya, dwigol dari Neymar Junior serta satu gol penutup dari Sergi Roberto membuat publik Catalan bersorak di akhir pertandingan.
Sebelum mencetak gol kemenangan Barcelona, Sergi Roberto mendapatkan instruksi dari Enrique serta Neymar agar berani maju ke kotak penalti PSG.
Cepat berlari ke dalam kotak penalti, kamu akan mencetak gol.
Ujar Sergi Roberto ketika mendengar instruksi tersebut.
Sergi Roberto dalam wawancara bersama UEFA sampai tidak menyangka hal tersebut datang kepada dirinya, layaknya sebuah mimpi.
Sebuah pertandingan yang akhirnya terkenal dengan sebutan: La Remontada yang berarti The Comeback.
Liverpool Taklukan Barcelona di Anfield
Selain Miracle Of Istanbul, Liverpool juga melakukan comeback dalam laga super keras melawan Barcelona pada semifinal leg kedua musim 2018-2019.
Saat itu, dalam laga 4 besar yang memperebutkan satu tiket final Liga Champions 2019 berlangsung sebuah laga seru.
Sebuah malam yang terang benderang di Anfield membawa mereka mencukur habis Barcelona 4 gol tanpa balas dan membawa mereka ke laga final.
Tertinggal dengan agregat 0-3 akibat kekalahan telak di Camp Nou, membuat skuat asuhan Jurgen Klopp tidak punya pilihan selain menyerang.
Menang dengan keunggulan 4 gol tanpa balas, sebuah perjudian luar biasa dalam laga tersebut.
Bintang kemenangan Liverpool, Divock Origi membuka keunggulan The Reds pada menit ke-7 hingga turun minum.
Memasuki 10 menit awal babak kedua, Wijnaldum mencetak brace pada menit ke-54 & 56 guna membuat skor menjadi 3-0 sekaligus menyamakan agregat.
Drama terjadi pada menit ke-87 ketika Trent Alexander Arnold melakukan quick-corner kick yang membuat pertahanan Azulgrana lengah.
📅 A stunning second-leg fightback at Anfield, #OTD in 2019…
⏰0⃣7⃣ Origi
⏰5⃣4⃣ Wijnaldum
⏰5⃣6⃣ Wijnaldum
⏰7⃣9⃣ Origi😮 Barcelona 3-0 Liverpool (agg: 3-0)
😱 Liverpool 4-0 Barcelona (agg: 4-3)#FlashbackFriday | @LFC | #UCL pic.twitter.com/FB6yvHNK1W— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 7, 2021
Hasilnya, Divock Origi mencetak satu gol tambahan dan membuat laga berhasil dimenangkan oleh Liverpool dengan skor 4-0 (agregat 4-3).
Sebuah malam yang terang benderang di Anfield Stadium.
Laga Manchester United vs FC Bayern Sebagai Salah Satu Comeback Terbaik Liga Champions
Sebuah pertandingan final Liga Champions tahun 1999 yang mempertemukan antara Manchester United vs Bayern Munchen menjadi salah satu laga paling bersejarah.
Laga yang berlangsung di Camp Nou, markas dari Barcelona ini akhirnya menghadirkan Manchester United, salah satu klub terbaik di dunia, sebagai juara UCL 1999.
Pertandingan yang berjalan cukup dramatis bagaimana FC Bayern yang sebenarnya sudah unggul cepat pada menit ke-6 melalui sayap kanan mereka, Mario Basler.
Memasuki waktu normal 90 menit, tidak ada tanda-tanda tim tersukses di Liga Inggris tersebut akan mencetak gol sebelum datang sebuah petaka.
Pada waktu injury time, The Red Devils sukses mencetak dua gol dengan skema identik melalui skema bola mati via tendangan pojok.
Adalah Teddy Sheringham pada menit ke 90+1 dan cocoran manis Ole Gunnar Solskjaer dua menit setelahnya.
🔴 #OTD in 1999, pure drama in Barcelona as Manchester United complete treble with last-gasp win 🏆🏆🏆#UCL | @ManUtd pic.twitter.com/xVnJ9ItRr7
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 26, 2020
Oliver Kahn dan kawan-kawan harus tunduk dari David Beckham cs dalam laga final super berdarah tersebut.
Kebangkitan Super-Depor Ketika Melibas AC Milan (2003-2004)
Pada Liga Champions 2003-2004, AC Milan yang bertindak sebagai juara bertahan Liga Champions harus meratapi sebuah hasil di luar perkiraan.
Skuat asuhan Carlo Ancelotti harus babak belur di stadion Riazor, markas besar Deportivo La Coruna.
Padahal, dalam pertemuan pertama, Kaka dan kawan-kawan berhasil menumbangkan Super-Depor dengan skor 4-1 di San Siro.
Akan tetapi, dalam leg kedua yang berlangsung di Spanyol, Andrea Pirlo cs harus tumbang dengan cara yang menyakitkan.
Adalah Albert Luque, Juan Carlos Valeron dan Walter Pandiani yang membuat Super-Depor unggul tiga gol terlebih dahulu.
📅 One of the greatest Champions League comebacks in history, #OTD in 2004!
🤯 Deportivo 4-0 Milan, quarter-finals, 2nd leg*
⏰0⃣5⃣ Pandiani
⏰3⃣5⃣ Valerón
⏰4⃣4⃣ Luque
⏰7⃣6⃣ Fran*Deportivo win 5-4 on aggregate @RCDeportivo | #UCL pic.twitter.com/phaGoTvUSy
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) April 7, 2021
Sebelum akhirnya Fran Gonzales menggenapkan keunggulan Deportivo La Coruna menjadi 4-0 dalam laga perempat final Liga Champions 2003/2004.
Itulah 6 comeback terbaik sepanjang masa di Liga Champions, mana favoritmu?
